Beberapa Keburukan Orang Munafik
Surah 4: An-Nisa’ (137 – 143)
Ayat 137
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ثُمَّ كَفَرُوا۟ ثُمَّ ءَامَنُوا۟ ثُمَّ كَفَرُوا۟ ثُمَّ ٱزْدَادُوا۟ كُفْرًا لَّمْ يَكُنِ ٱللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلًا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian mereka kafir, kemudian mereka beriman semula, kemudian mereka kafir sekali lagi, kemudian mereka bertambah-tambah lagi dengan kekufuran, Allah tidak sekali-kali akan memberi ampun kepada mereka, dan tidak akan memberi petunjuk hidayah kepada mereka ke jalan yang benar.
Allah Swt menyatakan tentang keadaan orang-orang yang telah beriman, kemudian dia kembali kufur, kemudian beriman lagi, kemudian kufur lagi serta terus menerus dalam kesesatan. Mereka bergelumang dalam kesesatan yang semakin bertambah sehingga mereka meninggal dunia, maka tiada lagi taubat setelah kematian dan tiada lagi jalan keluar untuk menuju hidayah. Mereka juga tidak akan mendapat keampunan daripada Allah Swt.
Ayat 138
بَشِّرِ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Sampaikanlah khabar berita kepada orang-orang munafik: bahawa sesungguhnya disediakan untuk mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya;
Orang-orang munafik mempunyai sifat sebagaimana yang disebutkan dalam ayat sebelum ini. Ini kerana mereka beriman kemudian kafir, lalu beriman dan kafir lagi. Oleh itu dalam ayat ini, Allah Ta’ala menyuruh Rasulullah saw mengingatkan kepada mereka tentang azab yang sangat menyakitkan di neraka.
Ayat 139
ٱلَّذِينَ يَتَّخِذُونَ ٱلْكَـٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ ٱلْعِزَّةَ فَإِنَّ ٱلْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
(Iaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman rapat dengan meninggalkan orang-orang yang beriman. Tidaklah patut mereka (orang-orang munafik) mencari kekuatan dan kemuliaan di sisi orang-orang kafir itu, kerana sesungguhnya kekuatan dan kemuliaan itu semuanya ialah milik Allah, (diberikannya kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya).
Allah Ta’ala menyebutkan lagi tentang sifat-sifat orang-orang munafik. Mereka menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung dan penolong mereka dengan meninggalkan kesetiaan dan setiakawan dengan orang-orang mukmin. Secara zahir mereka seperti bersama-sama orang beriman tetapi hakikatnya mereka menyembunyikan kecintaan mereka kepada orang-orang kafir. Apabila mereka bertemu dengan orang-orang kafir, mereka mengatakan mereka hanya mempermain-mainkan orang-orang beriman.
Mereka menyangka kemenangan akan berpihak kepada orang-orang kafir namun mereka lupa bahawa sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang mukmin kerana Allah sentiasa bersama mereka. Firman Allah Ta’ala:
“Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”
Munafiqun 63:8
Seterusnya Allah Swt menafikan sangkaan mereka dan menyatakan bahawa kekuatan itu hanya milik-Nya, tiada sekutu bagi-Nya dan milik orang-orang yang diberikan-Nya kekuatan dan kemuliaan iaitu mereka yang tidak menyekutukan-Nya. Firman-Nya:
“Sesiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang soleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.”
Fatir 35:10
Dalam ayat ini juga terdapat dorongan supaya mencari kekuatan dan kemuliaan hanya di sisi Allah Swt dengan mengabdikan diri semata-mata kepada-Nya dan bersatu dalam golongan hamba-hamba-Nya yang beriman. Ini kerana Dia hanya akan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman baik di dunia mahu pun di akhirat.
Ayat 140
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلْكِتَـٰبِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا۟ مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا۟ فِى حَدِيثٍ غَيْرِهِۦٓ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ جَامِعُ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ وَٱلْكَـٰفِرِينَ فِى جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan sesungguhnya Allah telahpun menurunkan kepada kamu (perintah-Nya) di dalam Kitab (Al-Quran), iaitu: apabila kamu mendengar ayat-ayat keterangan Allah diingkari dan diejek-ejek (oleh kaum kafir dan munafik), maka janganlah kamu duduk (bergaul) dengan mereka sehingga mereka masuk kepada memperkatakan soal yang lain; kerana sesungguhnya (jika kamu melakukan yang demikian), tentulah kamu sama seperti mereka. Sesungguhnya Allah akan menghimpunkan sekalian orang manufik dan orang kafir di dalam neraka jahannam.
Allah Ta’ala melarang orang-orang beriman berada dalam majlis orang-orang musyrik selama mereka masih dalam pembicaraan yang menghina dan memperolok-olokkan Al-Quran dan menjadikannya bahan ketawa. Firman-Nya:
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).”
Al-An’am 6:68
Kaum muslimin dilarang duduk bersama mereka sebagaimana kaum muslimin di Mekah juga dilarang duduk bersama orang-orang musyrik yang memperolok-olokkan ayat Al-Quran. Mereka terdiri daripada pendeta Yahudi dan mereka adalah orang-orang munafik. Sekiranya ini berlaku maka mereka yang beriman telah menjadi sekutu mereka dalam kekufuran dan menyetujui perbincangan mereka. Ini juga merupakan isyarat bahawa orang-orang yang mendiamkan diri terhadap suatu kemungkaran akan mendapat dosa.
Pada akhir ayat ini, Allah Swt menyatakan bahawa Dia akan mengumpulkan orang-orang munafik, orang-orang kafir dan orang-orang yang ikut duduk bersama mereka seluruhnya dalam neraka Jahannam. Wal’iyazubillahi min zalik!
Ayat 141
ٱلَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِن كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِّنَ ٱللَّهِ قَالُوٓا۟ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ وَإِن كَانَ لِلْكَـٰفِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوٓا۟ أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُم مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۚ فَٱللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۗ وَلَن يَجْعَلَ ٱللَّهُ لِلْكَـٰفِرِينَ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
(Mereka yang munafik itu ialah) orang-orang yang sentiasa menunggu-nunggu (berlakunya sesuatu) kepada kamu; maka kalau kamu mendapat kemenangan dari Allah (dalam sesuatu peperangan), berkatalah mereka (kepada kamu): “Bukankah kami turut berjuang bersama-sama kamu? (Oleh itu kami juga berhak menerima bahagian dari harta rampasan perang)”. Dan jika orang-orang kafir pula mendapat bahagian (yang menguntungkan dalam peperangan), berkatalah mereka (kepada orang-orang kafir itu): “Bukankah kami turut membantu kamu dan mempertahankan kamu dari (serang balas) orang-orang yang beriman (dengan mendedahkan rahsia perpaduannya)?” Maka Allah akan menghakimi di antara kamu semua pada hari kiamat; dan Allah tidak sekali-kali akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk membinasakan orang-orang yang beriman.
Allah Swt memberitahu tentang sikap orang-orang munafik. Mereka sebenarnya menunggu dan berharap musibah buruk menimpa kaum mukminin dan mereka menang atas kekalahan dan musnahnya agama Islam.
Orang-orang munafik telahpun menyiapkan alasan jika kaum mukminin mendapat kemenangan atas orang-orang kafir dan memperoleh harta rampasan perang dengan pertolongan Allah Swt. Mereka akan berusaha meraih simpati daripada kaum mukminin dengan mengatakan bahawa mereka juga turut ikut bersama-sama Rasulullah saw pergi berjihad. Mereka berikan alasan ini agar mereka boleh mendapatkan sebahagian daripada harta rampasan tersebut.
Jika orang-orang kafir pula menang atas kekalahan orang-orang mukmin, orang-orang munafik ini mengatakan bahawa mereka telah membantu orang-orang kafir secara sembunyi-sembunyi. Mereka lakukan ini dengan membukakan rahsia-rahsia orang mukmin dan menyampaikan hal ehwal orang mukmin kepada orang-orang kafir. Ini adalah usaha mereka menarik simpati orang kafir.
Orang-orang munafik itu berpura-pura di hadapan kaum mukmin dan orang-orang kafir supaya mereka mendapat keuntungan dan juga hendak menyelamatkan diri mereka yang suka membuat tipu daya. Mereka lakukan ini adalah disebabkan lemahnya iman mereka.
Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati orang-orang munafik. Dia sengaja memperlihatkan keadaan mereka sedemikian kerana mengandungi hikmah yang hanya Dia sahaja yang mengetahuinya. Segala perbuatan zahir mereka yang berpura-pura di dunia itu tidak akan bermanfaat lagi di akhirat. Bahkan pada hari itu segala perbuatan jahat mereka serta semua rahsia yang terpendam di dalam dada akan terungkap dan akan diperlihatkan.
Pada akhir ayat, Allah Swt menyatakan bahawa Dia sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. Ini tidak akan terjadi, walaupun ada ketikanya orang-orang kafir beroleh kemenangan. Namun pada akhirnya kesudahan yang terpuji di dunia dan akhirat hanyalah untuk orang-orang yang bertakwa. Firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).”
Ghafir 40:51
Ayat 142
إِنَّ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu melakukan tipu daya (terhadap agama) Allah (dengan perbuatan pura-pura beriman sedang mereka kafir pada batinnya), dan Allah pula tetap membalas tipu daya mereka (dengan membiarkan mereka dalam keadaan munafik). Mereka pula apabila berdiri hendak sembahyang, mereka berdiri dengan malas. Mereka (hanya bertujuan) riak (memperlihatkan sembahyangnya) kepada manusia (supaya disangka bahawa mereka orang yang beriman), dan mereka pula tidak mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyang) melainkan sedikit sekali (jarang-jarang).
Allah Swt menyatakan bahawa orang-orang munafik menipu dengan mengamalkan ajaran Islam secara zahirnya sahaja. Oleh sebab kejahilan, mereka berkeyakinan bahawa perkara itu tidak diketahui-Nya kerana urusan batin mereka tidak dinampakkan-Nya kepada orang-orang mukmin dan hanya urusan lahiriah mereka yang terlihat. Allah Swt membiarkan mereka jauh daripada kebenaran dan menyeret mereka secara beransur-ansur ke dalam kesesatan.
Penipuan mereka itu terungkap pada sisi Allah Swt. Di akhirat kelak, mereka berani bersumpah di hadapan Allah Swt bahawa mereka semasa berada di dunia dahulu berada atas kebenaran. Padahal pengakuan mereka itu tidak akan berguna lagi. Firman-Nya:
“(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah lalu mereka bersumpah kepadaNya (bahawa mereka adalah orang-orang mukmin) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu, dan mereka menyangka bahawa mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahawa sesungguhnya mereka adalah pendusta.”
Al-Mujadalah 58:18
Orang-orang munafik mengerjakan solat dalam keadaan malas disebabkan mereka tidak memiliki niat, keikhlasan mahu pun keimanan, bahkan mereka tidak khusyuk dan tidak memahami apa yang mereka ucapkan. Mereka melakukannya dalam keadaan riya’ untuk mencari pujian atau kemasyhuran dan bukan untuk mencari keredhaan Allah Ta’ala. Oleh itu, mereka banyak meninggalkan solat yang biasanya tidak terlihat oleh manusia seperti solat isyak pada malam hari dan solat subuh ketika hari masih gelap. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya solat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah solat Isya’ dan solat Subuh. Seandainya mereka mengetahui apa yang terdapat pada solat Isya’ dan Subuh, nescaya mereka akan mendatanginya meskipun terpaksa merangkak.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
“Sesiapa sahaja yang niatnya ingin beramal untuk didengar (sum’ah) oleh orang lain, Allah akan membongkar niatnya itu pada hari kiamat dan siapa sahaja yang niatnya supaya dilihat orang (riya’), Allah akan membongkar niatnya itu pada hari kiamat.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ayat 143
مُّذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَٰلِكَ لَآ إِلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ وَلَآ إِلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ ۚ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ سَبِيلًا
Mereka berkeadaan “muzabzab” (tidak mempunyai pendirian yang tetap) antara (iman dan kufur) itu; mereka tidak berpihak terus kepada golongan (kafir) dan tidak pula berpihak kepada golongan (yang beriman). Dan sesiapa yang disesatkan oleh Allah, maka engkau (wahai Muhammad) tidak sekali-kali akan mendapat jalan untuk menyelamatkannya.
Orang-orang munafik ini bukan orang-orang yang beriman dan tidak pula kafir tetapi mereka menzahirkan diri mereka sebagai orang-orang yang beriman. Batin mereka pula bersama dengan orang-orang kafir. Ada juga di kalangan mereka berada dalam keraguan, kadang-kadang mereka cenderung kepada orang-orang mukmin dan kadang-kadang cenderung kepada orang-orang kafir. Ibnu Jarir meriwayatkan daripada Ibnu Umar bahawa Rasulullah saw bersabda:
“Perumpamaan orang munafik adalah seperti seekor kambing yang kebingungan di antara dua ekor kambing. Kadang-kadang ia berpaling kepada kambing yang satu, kadang-kadang kepada yang satu lagi. Ia tidak tahu mana di antara kedua-dua hendak diikuti.”
(HR. Muslim)
Oleh itu, Allah Swt menyatakan bahawa sesiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya iaitu dengan kata lain, sesiapa yang dipalingkan oleh Allah Swt dari jalan hidayah, maka dia tidak akan mendapatkan seorang penolong pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.