Tabiat Buruk Manusia ketika Berdoa
Surah 10: Yunus (11 – 12)
Ayat 11
وَلَوْ يُعَجِّلُ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ ٱلشَّرَّ ٱسْتِعْجَالَهُم بِٱلْخَيْرِ لَقُضِىَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ ۖ فَنَذَرُ ٱلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَآءَنَا فِى طُغْيَـٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ
Dan kalau Allah menyegerakan bagi manusia azab sengsara yang mereka minta disegerakan, sebagaimana mereka minta disegerakan nikmat kesenangan, nescaya binasalah mereka dan selesailah ajal mereka. Oleh itu, (Kami tidak menyegerakan azab yang dimintanya), Kami biarkan orang-orang yang tidak menaruh ingatan menemui Kami itu meraba-raba dalam kesesatannya.
Salah satu sifat manusia ialah suka tergesa-gesa dan selalu ingin segera dikabulkan permohonan mereka, baik ketika menginginkan kebaikan mahupun kejahatan pada saat marah dan emosi. Firman-Nya:
“Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana dia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
Al-Isra’ 17:11
Sekiranya Allah Ta’ala menyegerakan atau mempercepatkan untuk memakbulkan doa manusia dalam kejahatan, nescaya mereka akan mati dan binasa. Hal ini seperti permintaan kaum musyrik Mekah untuk diturunkan azab atas mereka, firman-Nya:
“Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) seksaan, sebelum (mereka meminta) kebaikan, padahal telah terjadi bermacam-macam contoh seksaan sebelum mereka. Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mempunyai keampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar sangat keras seksaan-Nya.”
Ar-Ra’d 13:6
Namun Allah Swt dengan kelembutan dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya hanya memperkenankan doa dalam perkara kebaikan dan tidak memperkenankan doa untuk kejahatan. Dia menangguhkan permohonan keburukan adalah bertujuan memberikan peluang agar mereka bertaubat. Ini bermaksud Allah Swt membiarkan orang-orang yang tetap dalam keingkaran dan kekafiran ini hidup bergelumang dalam kesesatan, sehinggalah tiba masa Dia mengazab mereka dengan azab yang pedih.
Dalam bab berdoa, tidaklah patut bagi seseorang itu berdoa untuk keburukan. Daripada Jabir bin ‘Abdillah ra, dia berkata Rasulullah saw telah bersabda:
“Janganlah mendoakan untuk keburukan atas diri kamu, janganlah mendoakan kecelakaan bagi anak-anak kamu, dan janganlah mendoakan kehancuran bagi harta benda kamu, agar kamu tidak menepati suatu saat Allah mengabulkan semua doa, yang kerananya doa (keburukan) kamu diperkenankan (diijabahkan).
(HR. Abu Dawud)
Ayat 12
وَإِذَا مَسَّ ٱلْإِنسَـٰنَ ٱلضُّرُّ دَعَانَا لِجَنۢبِهِۦٓ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَآئِمًۭا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُۥ مَرَّ كَأَن لَّمْ يَدْعُنَآ إِلَىٰ ضُرٍّۢ مَّسَّهُۥ ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Dan apabila seseorang manusia ditimpa kesusahan, merayulah ia ditimpa Kami (dalam segala keadaan), sama ada ia sedang berbaring atau duduk ataupun berdiri; dan manakala Kami hapuskan kesusahan itu daripadanya, ia terus membawa cara lamanya seolah-olah dia tidak pernah merayu kepada Kami memohon hapuskan sebarang kesusahan yang menimpanya (sebagaimana ia memandang eloknya bawaan itu) demikianlah diperelokkan pada pandangan orang-orang yang melampau apa yang mereka lakukan.
Ayat ini menjelaskan tentang kebiasaan manusia iaitu apabila ditimpa bahaya seperti sakit atau musibah yang lain, mereka akan bersungguh-sungguh dalam berdoa dan meminta kepada Allah Swt agar Dia menghilangkan bahaya dan musibah itu.
Namun ketika Allah Swt menghilangkan segala kesusahan mereka, mereka berpaling seolah-olah mereka belum pernah ditimpa musibah, dan belum pernah berdoa kepada Allah Swt agar dihilangkan musibah itu, yang kemudian dikabulkan-Nya. Demikianlah syaitan menghiasi perkara buruk menjadi indah dan baik pada pandangan mereka.